Penyakit tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan penyakit hipertensi seolah jadi penyakit massal yang banyak diderita oleh manusia di seluruh dunia. Di Amerika Serikat sendiri, situs web Asosiasi Jantung Amerika menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa disana memiliki tekanan darah tinggi.
Sayangnya, hanya sekitar 61 persen saja yang mendapat perawatan sementara sisanya tidak. Sebetulnya, gangguan terhadap tekanan darah tinggi ini bisa dengan mudah dideteksi, hanya saja, sebagian pasien hipertensi menolak melakukan pengobatan lantaran takut terhadap aneka komplikasi yang mungkin timbul sebagai efek samping obat tekanan darah tinggi yang dikonsumsinya.
Ya, faktanya efek samping obat tekanan darah tinggi memang benar adanya. Hanya saja, efek samping ini tak seharusnya membuat Anda yang bermasalah dengan darah tinggi, berhenti untuk melakukan perawatan atau mengurangi dosis yang dianjurkan.

Hipertensi berpotensi menjadi the silent killer yang sangat berbahaya apabila tidak ditangani dengan tepat. Karenanya, bila Anda memang khawatir akan efek samping obat tekanan darah tinggi ini, solusinya adalah konsultasi dengan dokter atau apoteker terpercaya.
Sebelumnya, ada beberapa efek samping obat hipertensi ini yang berlu Anda ketahui. Berikut adalah tujuh efek samping atau komplikasi yang mungkin akan Anda rasakan saat mengkonsumsi obat.
1. Batuk
Obat yang paling sering digunakan dalam mengatasi tekanan darah tinggi adalah golongan ACE inhibitors. Salah satu kelemahan dari obat ini adalah bisa menyebabkan batuk terus – menerus setidaknya pada 10 – 15 persen penderita. Jika Anda mengalami batuk setelah minum obat hipertensi, maka Anda bisa konsultasi ulang pada dokter Anda untuk memberikan beberapa alternatif obat lain.
Simak juga: Obat Herbal Darah Tinggi
2. Kelelahan dan Pusing
Masalah paling umum yang terjadi setelah mengkonsumsi obat darah tinggi adalah kelelahan dan kelesuan. Hal ini terutama sering terjadi pada pasian yang lebih tua.
Hal ini terjadi lantaran tekanan darah yang meningkat kemudian menurun akibat obat sehingga terjadi pula pengurangan aliran darah di beberapa pembuluh darah. Pengurangan aliran darah inilah yang bisa menyebabkan kelelahan serta pusing.
3. Sering Kencing
Jenis obat diurektika memang sering membuat penderita buang air kecil. salah satu diuretik yang paling umum digunakan dalam obat tekanan darah tinggi ini adalah hydrochlorothiazide. Tapi jangan khawatir, Anda bisa mengatasinya dengan meminum obat ini pada pagi atau siang hari sehingga tak mengganggu aktivitas tidur Anda.
4. Retensi Cairan
Jenis obat hipertensi yang bukan diuretika pada umumnya dapat menyebabkan edema atau retensi cairan. Retensi cairan ini biasa disebabkan oleh obat jenis calcium channel blockers seperti amlodipine dan nifidipine yang lebih sering menyebabkan retensi cairan di kaki.
Kondisi yang lebih buruk, bisa menyebabkan gagal jantung atau gangguan jantung lain. Jadi, apabila Anda mulai merasakan hal ini, segera konsultasikan pada dokter.
5. Disfungsi Seksual
Beberapa jenis obat hipertensi memang bisa berakibat buruk pada aktivitas seksual. Terutama bagi para laki – laki, dapat mengakibatkan impotensi. Obat yang biasanya berefek samping ini adalah jenis obat golongan beta blockers atau Inderal. Meski demikian, hal ini masih belum dipastikan keterkaitannya.
6. Aritmia Jantung
Pada obat golongan diuretik ang mampu mengurangi tekanan darah ini juga dapat menyebabkan turunnya kadar kalium dalam tubuh. Turunnya kadar kalium dalam tubuh inilah yang dapat menyebabkan terjadinya aritmia jantung atau irama jantung yang tidak normal.
Bila hal ini terjadi, segera konsultasikan ke dokter sehingga resep dapat diganti dengan yang rendah diuretik serta menggunakan kombinasi yang tepat sehingga bisa medapat hasil yang diinginkan dengan efek samping yang minim. Misalnya saja, ACE inhibitor dan angiotensin receptor blocker yang dapat dikombinasikan dengan diuretik untuk melindungi tubuh dari penurunan kalim.
7. Reaksi Alergi
Sebetulnya, reaksi alergi serius yang terjadi akibat obat – obatan tekanan darah ini jarang terjadi. Hanya saja, hal ini tetap harus diperhatikan karena jika memang terjadi reaksi alergi serius bisa sangat berbahaya.
Alergi ini lebih sering terjadi karena inhibitor ACE atau angiotensin reseptor blocker yang dapat menyebabkan pembekakan pada wajah dan tenggorokan. Pembengkakan ini berbahaya karena dapat menghalangi saluran udara atau disebut sebagai angioderma.
Bengkak yang terjadi biasanya dimulai secara tiba – tiba, diawali dari bibir, wajah dan kadang disertai sesak nafas atau mengi. Jika hal ini terjadi, segera larikan ke rumah sakit karena bisa mengancam jiwa.
Meski Anda sudah mengetahui efek samping obat tekanan darah tinggi yang Anda minum, bukan berarti Anda bisa mengehentikan konsumsi obat Anda tanpa konsultasi dokter.
Mengehentikan obat tertentu secara tiba – tiba justru bisa berpengaruh terhadap terjadinya sindrom seperti peningkatan tekanan darah tinggi dan denyut jantung yang serius. Hal ini pun malah berisiko terhadap serangan jantung dan stroke.
Hal yang dilematis memang ketika dokter dan obat seolah jadi seperti dua sisi dalam sekeping mata uang yang tak bisa dipisahkan. Memang begitu adanya, ketika kita datang ke dokter, maka artinya kita akan mendapat obat untuk dapat sembuh dari penyakit yang sedang diderita.
Meski demikian, jangan pernah lupa bahwa kita masih bisa untuk sehat dan merawat tubuh dengan cara yang lebih baik dari sekedar memanfaatkan keampuhan obat.
Obat hanyalah sebuah perantara sebagai suatu hal eksternal. Obat tak akan bisa ampuh dan sukses memberentas penyakit pada diri kita apabila kita tak ikut serta mengubah pola hidup kita.
Sumber :
dari tulisan Ulfah Nurrahmani, S.Kep,NS. dalam Nurahmani, Ulfah. 2012. Stop! Hipertensi. Yogyakarta : Familia (Grup Relasi Inti Media).