Bagi orang dewasa, terutama kaum hawa, pasti Anda sudah
sering mendengar kata keputihan bukan? Walaupun amat jarang, tapi sepertinya
setiap wanita pernah mengalami keputihan. Bahkan, tak sedikit wanita yang sudah
akrab dengan kondisi pada organ vitalnya ini.
Namun, tahukah Anda kalau ternyata keputihan tak hanya bisa
dialami oleh orang dewasa saja? Ternyata, anak -anak dan bahkan bayi pun bisa
juga juga loh mengalami keputihan. Namun, tentu saja dengan penyebab yang
berbeda.
Lantas, seperti apa sih keputihan pada bayi? Dan bagaimana
cara mencegah sekalipus mengatasi keputihan pada bayi? Ini dia ulasannya untuk
Anda.
Apa itu keputihan?
Dijelaskan oleh dr. Dinda Dedameisya, Sp.OG seperti yang
tertera di Majalah Nova, Keputihan adalah kondisi keluarnya cairan dari organ
kewanitaan. Cairan yang dikeluarkan ini ada yang sifatnya normal, ada juga yang
tidak normal. Biasanya, keputihan normal terjadi ketika menjelang datang bulan
atau setelah haid. Jadi, ketika haid selesai, keputihan juga akan selesai.
Adapun keputihan yang tidak normal biasanya juga disertai
dengan gejala -gejala lain, seperti keluarnya cairan bisa kapan saja, bahkan
terus menerus, bau yang tidak sedap, gatal, berwarna kuning hingga hijau, atau
bisa juga putih bergumpal seperti kapas atau tisu yang terkena air.
Penyebab keputihan
pada bayi
Nah, lantas, bagaimana dengan keputihan pada bayi? Dr. Dinda
menerangkan bahwa keputihan pada anak dan bayi dapat terjadi karena berbagai
penyebab. Biasanya, penyebab tersebut adalah karena kondisi organ kewanitaan
yang lembab atau terjadi alergi, serta kekebalan tubuh pada anak kecil dan bayi
juga belum sempurna.
Para bunda perlu tahu loh, kalau bayi gampang sekali terkena
jamur candida. Nah, infeksi yang disebabkan oleh jamur candida ini nih yang
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti keputihan disertai rasa
gatal dan terbakar pada alat vital. Kondisi ini dikenal dengan sebutan
vaginitis.
Padahal, Anda tentu tahu kalau anak -anak umumnya sangat
aktif dan lincah. Sayangnya, merke belum menyadari tentang pentingnya menjaga
kebersihan dan kesehatan organ kewanitaannya.
Ada juga anak -anak yang saking sibuknya berlarian dan
bermain di sekolah, ia pun memakai celana bertumpuk -tumpuk. Kahirnya, keringat
pun juga ikut menumpuk. Walau celana sudah basah karena keringat, tapi mereka
seringkali malas untuk mengganti celana, terutama celana dalam.
Kondisi yang lembab seperti inilah yang mudah sekali memicu
perkembangbiakan bakteri dan jamur. Akibatnya, si anak pun akan mengalami
keputihan. Ow ya, bentuk keputihan pada anak kecil ini wujudnya bisa sama
seperti keputihan pada orang dewasa ya, yakni putih dan menggumpal.
Sedangkan pada bayi, keputihan memang lebih jarang terjadi.
Akan tetapi, bayi masih berpotensi mengalami keputihan bila kondisi organ
vitalnya lembab dalam waktu yang lama. Jika orang tua rajin menggantikan celana
atau popoknya sehingga kelembabannya terjaga, maka hal ini dapat dihindari.
Tapi, bila popok bayi lembab dan jarang diganti, maka jamur
dan bakteri akan tumbuh subur di sana. Duh, kasian si kecil khan?
Pemakaian bedak pada
bayi, benarkah?
Kebanyakan keputihan pada anak disebabkan oleh jamur.
Sebagian yang lain, dapat disebabkan oleh bakteri dan parasit. Bakteri dan
parasit yang dapat menyebabkan keputihan ini mungkin juga disebabkan oleh
bedak.
Nah, ini adalah kebiasaan buruk yang banyak beredar di
masyarakat. Banyak orang tua yang menaburkan bedak di bagian alat vital si
kecil setelah mandi atau buang air. Tujuan orang tua tentu saja baik karena
tidak ingin anaknya gatal dan berkeringat, serta agar lebih wangi.
Padahal, kebersihan bedak yang dipakai masih belum tentu
bersih. Bedak bisa saja terkena bakteri dan kotoran lain. Apalagi, bila Anda
memakaikannya dengan kapas yang mungkin juga mengandung bakteri. Hal ini sama
saja dengan memasukkan kotoran ke dalam alat vital si kecil.
Bagaimana cara
mengatasi keputihan pada bayi?
Jika si kecil sudah terlanjur mengalami keputihan, Anda tak
boleh membiarkannya terllau lama. Keputihan yang sudah terjadi berarti juga
sudah terjadi infeksi. Infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan
tidak segera diobati bisa berakibat lebih buruk lagi.
Infeksi yang awalnya hanya terjadi di liang vagina akan naik
ke atas hingga menyerang organ reproduksinya. Kondisi ini berpotensi merusak
struktur anatomi organ reproduksi. Jika struktur organ reproduksi terganggu,
maka dapat terjadi perlekatan dan mempengaruhi rongga panggul yang dapat
menyebabkan penderitanya sulit hamil ketika dewasa nantinya karena.
Tapi, Anda jangan terlalu panik dulu ya. Coba amati
bentuknya seperti apa. Apakah keputihan berupa cairan biasa, bening atau
berwarna? Biasanya, hal yang cukup mengkhawatirkan orang tua adalah ketika
cairan keputihan yang keluar bentuknya sudah mulai menggumpal.
Jika kondisi seperti ini sudah terjadi, Anda jangan buru
-buru memberikan obat pada si keci. Pemakaian obat tanpa resep dokter sungguh
berbahaya. Jangan pula mengikuti saran orang lain yang mengaku telah
memakaikannya pada anaknya kerena kondisinya bisa saja berbeda.
Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah dengan
menganalisis penyebab keputihan pada anak Anda. Pengobatan bisa dilakukan
sesuai dengan penyebabnya, agar tidak salah dalam memberikan obat.
Misalnya, jika keputihan pada anak disebabkan oleh alergi,
jangan sampai Anda memberikan obat anti jamur untuk mengatasinya. Jika
demikian, jamur justru akan makin berkembang. Untuk itu, Anda perlu membawa
anak Anda ke dokter untuk mengetahui hasil analisis dari dokter mengenai penyebab
keputihan anak Anda.
Gunakan obat anti jamur atau bakteri yang disarankan oleh
dokter. Selain menggunakan obat, bisa juga dilakukan dengan rutin membersihkan
bagian alat vital si kecil. Basuh dengan air bersih lalu keringkan.
Pengobatan cukup dolakukan di bagian luar saja, tidak perlu
sampai masuk ke bagian dalam organ vital. Dokter mungkin juga menyarankan untuk
obat minum untuk mengatasi keputihan tertentu.
Bagaimana cara
mencegah keputihan pada anak?
Pencegahan keputihan pada si kecil ini sebetulnya cukup
mudah. Anda hanya perlu menjaga kebersihan dan kelembaban alat vital si kecil.
Kelebapan ini haruas betul -betul dijaga karena kondisi yang lembab adalah
media yang paling digemari oleh jamur.
Jika si kecil selesai buang air kecil, maka kondisi vagina
harus langsung dikeringkan. Jangan biarkan si kecil memakai celana dalamnya
ketika masih basah. Jika masih memakai popok, seirng -seringlah mengganti popok
ketika diperlukan. Jangan sampai bayi memakai popok seharian tanpa diganti.
Anda juga bisa memperhatikan pemilihan celana dalam atau pun
popok. Pilih popok dan celana dalam yang mudah menyerap keringat dan memiliki
sirkulasi udara yang baik agar kulit si kecil bisa bernapas dan tidak mudah
lembab.
Pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan
edukasi pada anak. Sedini mungkin ketika anak sudah mulai beraktivitas sendiri,
Anda harus mengudukasi tentang betapa pentingnya menjaga kebersihan organ
kewanitaannya sendiri.
Tidak perlu memakai bedak dan wangi -wangian pada daerah
tersebut. Minta anak untuk memberitahu Anda segera bila ia merasakan ada hal
aneh pada bagian vitalnya. Lebih lanjut, dokter Dinda menjelaskan, bila ada
gejala tidak normal seperti keluar cairan atau keputihan, segera hubungi
dokter, dan jangan mencoba untuk mengobatinya sendiri.
Bagaimana dengan
penggunaan air rebusan daun sirih?
Ini adalah cara tradisional yang sudah sangat populer di
masyarakat. Memang benar kalau air rebusan daun sirih memiliki cairan
antiseptic dan anti bakteri. Hanya saja, Anda juga harus memastikan kalau air
rebusan daun sirih tersebut benar -benar bersih.
Selain itu, pemakaian air rebusan daun sirih untuk
membersihkan vagina tidak boleh dilakukan setiap hari. Penggunaan cairan anti
bakteri atau pun antiseptic yang dilakukan setiap hari justru dapat membunuh
bakteri normal pada organ vital.
Padahal, bakteri normal vagina inilah yang bertugas untuk
melawan bakteri jahat dan kuman -kuman jahat yang masuk. Jadi, satu minggu satu
kali saja sudah cukup, itu pun dengan antiseptic dan antibakteri yang benar
-benar bersih.