Bila si kecil sakit, Anda tentu sangat khawatir bukan? Anak – anak memang lebih rentan terhadap serangan penyakit ketimbang orang dewasa. Ketika melihat anak sakit, maka sebagai orang tua, Anda tentu merasa susah dan sedih. Inginnnya, tentu cepat – cepat bertindak agar si kecil bisa kembali sehat dan tak lagi merasakan sakit.
Salah satu penyakit yang cukup sering menyapa anak – anak adalah diare? Putri putri Anda juga pernah mengalami diare? Lantas, apakah Anda sudah paham tentang seluk beluk diare pada anak, mulai dari penyebabnya, gejalanya, bahayanya sampai yang terpenting, cara mengatasinya?
Apa itu diare pada anak?
Diare secara umum adalah kondisi dimana buang air besar terjadi dengan frekuensi yang lebih sering dan dengan tinja yang lebih encer ketimbang biasanya. Apabila anak mengalami frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari selama kurang dari 7 hari, maka anak bisa disebut mengalami diare akut.
Sedangkan bila anak diarenya sudah melebihi 7 hari maka disebut diare persisten, dan bila lebih dari 14 hari disebut sebagai diare kronis. Apalagi, bila diare pada anak ini disertai dengan darah, artinya anak mengalami disentri.
Apa penyebab diare anak?
Diare pada anak paling sering disebabkan oleh infeksi. Meski demikian, ada juga penyebab lain yang bisa memicu diare, misalnya seperti terlalu banyak minum jus, keracunan atau alergi makanan.
Pada diare akut, paling banyak disebabkan oleh virus, bakteri serta parasit. Dari semua penyebab infeksi ini, rotavirus adalah penyebab diare yang paling sering dialami anak, yakni 60 sampai 70 persen dari anak yang terserang diare.
Untuk mengetahui penyebab pasti dari diare akut ini, hanya bisa dilakukan melalui pemeriksaan tinja di laboratorium. Namun, mayoritas penyebab diare akibat virus tidak perlu pemeriksaan laboratorium karena sudah bisa dikenali melalui gejala klinis.
Bagaimana gejala diare?
Diare pada anak bisa dikenali dari frekuensi BAB anak yang berlebihan dan cair. Biasanya, diare yang disebabkan oleh virus akan diikuti pula dengan gejala lain seperti batuk, demam atau pilek.
Apabila kondisi diare disertai dengan lendir atau darah, maka biasanya diare ini disebabkan oleh bakteri. Gejala paling umum pada anak yang terserang diare adalah gejala dehidrasi.
Apakah diare berbahaya bagi anak?
Diare mungkin sering dianggap sepele orang sebagian orang tua. Padahal, diare ini dapat membuat tubuh terdehidrasi. Tubuh manusia yang 90 persennya terdiri dari air, bila kekurangan cairan dan elektrolit bisa menyebabkan terganggunya keseimbangan kerja organ tubuh.
Selain itu, kekurangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terlalu banyak juga bisa berakibat fatal. Jadi, jangan sepelekan diare pada anak ya Bunda?
Bagaimana mengatasi diare anak?
Bila anak menunjukkan tanda – tanda terserang diare, maka Anda bisa melakukan langkah praktis untuk membuat anak Anda merasa lebih baik. Yang pertama untuk diingat, kalau gejala diare menunjukkan bahwa penyebabnya adalah bakteri, seperti kondisi diare berdarah, maka Anda dapat memberikan antibiotik.
Jika tidak, maka anak tak perlu antibiotik. Anda pun tak perlu memberi obat pada anak yang sedang diare, kecuali, Anda sudah berkunjung ke dokter. Dan hanya berikan obat sesuai saran dokter. Anda juga perlu selalu membersihkan area rektal dengan menggunakan sabun yang lembut.
Sebaiknya, anak tidak mengenakan popok atau diaper ketika sedang diare. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko ruam. Selain itu, orang tua pun bisa mengontrol produksi air seni yang dapat digunakan sebagai penentu apakah anak mengalami dehidrasi atau tidak.
Namun, bila Anda terpaksa mengenakan diaper, Anda bisa tetap mengenakannya, hanya saja, segera ganti bila anak BAB. Untuk mengatasi kemerahan pada area rektal, coba gunakan krim anti ruam.
Untuk mencegah dehidrasi pada anak, pastikan anak mengkonsumsi cairan yang cukup agar dapat mengganti cairan tubuh yang keluar akibat diare. Berikan pula anak oralit. Oralit dapat dibeli di apotek, atau bisa juga dibuat sendiri. Cara membuat oralit adalah dengan mencampurkan segelas air hangat dengan satu sendok teh gula serta seperempat sendok teh garam.
Simak juga: Cara Mengobati Sariawan pada Bayi
Kapan anak perlu ke dokter?
Segera bawa anak ke dokter apabila :
- Terjadi diare berdarah
- Diare disertai dengan muntah lebih dari 24 jam sehingga membuat anak tidak dapat makan.
- Terdapat tanda - tanda dehidrasi pada anak.Bila si kecil sakit, Anda tentu sangat khawatir bukan? Anak – anak memang lebih rentan terhadap serangan penyakit ketimbang orang dewasa. Ketika melihat anak sakit, maka sebagai orang tua, Anda tentu merasa susah dan sedih. Inginnnya, tentu cepat – cepat bertindak agar si kecil bisa kembali sehat dan tak lagi merasakan sakit.
Salah satu penyakit yang cukup sering menyapa anak – anak adalah diare? Putri putri Anda juga pernah mengalami diare? Lantas, apakah Anda sudah paham tentang seluk beluk diare pada anak, mulai dari penyebabnya, gejalanya, bahayanya sampai yang terpenting, cara mengatasinya?
Apa itu diare pada anak?
Diare secara umum adalah kondisi dimana buang air besar terjadi dengan frekuensi yang lebih sering dan dengan tinja yang lebih encer ketimbang biasanya. Apabila anak mengalami frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari selama kurang dari 7 hari, maka anak bisa disebut mengalami diare akut.
Sedangkan bila anak diarenya sudah melebihi 7 hari maka disebut diare persisten, dan bila lebih dari 14 hari disebut sebagai diare kronis. Apalagi, bila diare pada anak ini disertai dengan darah, artinya anak mengalami disentri.
Apa penyebab diare anak?
Diare pada anak paling sering disebabkan oleh infeksi. Meski demikian, ada juga penyebab lain yang bisa memicu diare, misalnya seperti terlalu banyak minum jus, keracunan atau alergi makanan.
Pada diare akut, paling banyak disebabkan oleh virus, bakteri serta parasit. Dari semua penyebab infeksi ini, rotavirus adalah penyebab diare yang paling sering dialami anak, yakni 60 sampai 70 persen dari anak yang terserang diare.
Untuk mengetahui penyebab pasti dari diare akut ini, hanya bisa dilakukan melalui pemeriksaan tinja di laboratorium. Namun, mayoritas penyebab diare akibat virus tidak perlu pemeriksaan laboratorium karena sudah bisa dikenali melalui gejala klinis.
Bagaimana gejala diare?
Diare pada anak bisa dikenali dari frekuensi BAB anak yang berlebihan dan cair. Biasanya, diare yang disebabkan oleh virus akan diikuti pula dengan gejala lain seperti batuk, demam atau pilek.
Apabila kondisi diare disertai dengan lendir atau darah, maka biasanya diare ini disebabkan oleh bakteri. Gejala paling umum pada anak yang terserang diare adalah gejala dehidrasi.
Apakah diare berbahaya bagi anak?
Diare mungkin sering dianggap sepele orang sebagian orang tua. Padahal, diare ini dapat membuat tubuh terdehidrasi. Tubuh manusia yang 90 persennya terdiri dari air, bila kekurangan cairan dan elektrolit bisa menyebabkan terganggunya keseimbangan kerja organ tubuh.
Selain itu, kekurangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terlalu banyak juga bisa berakibat fatal. Jadi, jangan sepelekan diare pada anak ya Bunda?
Simak juga: Tips Cara Merawat Bayi Prematur
Bagaimana mengatasi diare anak?
Bila anak menunjukkan tanda – tanda terserang diare, maka Anda bisa melakukan langkah praktis untuk membuat anak Anda merasa lebih baik. Yang pertama untuk diingat, kalau gejala diare menunjukkan bahwa penyebabnya adalah bakteri, seperti kondisi diare berdarah, maka Anda dapat memberikan antibiotik.
Jika tidak, maka anak tak perlu antibiotik. Anda pun tak perlu memberi obat pada anak yang sedang diare, kecuali, Anda sudah berkunjung ke dokter. Dan hanya berikan obat sesuai saran dokter. Anda juga perlu selalu membersihkan area rektal dengan menggunakan sabun yang lembut.
Sebaiknya, anak tidak mengenakan popok atau diaper ketika sedang diare. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko ruam. Selain itu, orang tua pun bisa mengontrol produksi air seni yang dapat digunakan sebagai penentu apakah anak mengalami dehidrasi atau tidak.
Namun, bila Anda terpaksa mengenakan diaper, Anda bisa tetap mengenakannya, hanya saja, segera ganti bila anak BAB. Untuk mengatasi kemerahan pada area rektal, coba gunakan krim anti ruam.
Untuk mencegah dehidrasi pada anak, pastikan anak mengkonsumsi cairan yang cukup agar dapat mengganti cairan tubuh yang keluar akibat diare. Berikan pula anak oralit.
Oralit dapat dibeli di apotek, atau bisa juga dibuat sendiri. Cara membuat oralit adalah dengan mencampurkan segelas air hangat dengan satu sendok teh gula serta seperempat sendok teh garam.
Kapan anak perlu ke dokter?
Segera bawa anak ke dokter apabila :
- Terjadi diare berdarah
- Diare disertai dengan muntah lebih dari 24 jam sehingga membuat anak tidak dapat makan.
- Terdapat tanda - tanda dehidrasi pada anak.