-->

Mengenal Lebih Jauh tentang Autisme Yuk

Anak adalah anugerah terindah bagi setiap orang tua. Tapi, apa jadinya ketika dokter mengatakan bahwa anak kita menderita autisme? Ya, autisme sering jadi berita mengejutkan sekaligus mampu mengurai air mata para orang tua, lantaran putra putri kecil mereka harus menjadi sosok yang berbeda dari anak – anak lain pada umumnya.

Apa itu autisme?

Apa itu autisme? Mungkin, sebagian dari Anda masih belum begitu paham dengan apa itu autisme. Autisme merupakan suatu kondisi gangguan perkembangan yang berhubungan pada perilaku dan yang umumnya disebabkan oleh kelainan fungsi otak yang diawali sejak lahir.

Mengenal Lebih Jauh tentang Autisme Yuk

Apa gejala autisme?

Nah, gangguan perilaku tentu ada beragam bukan? Tapi, untuk anak dengan autis ini ada gejala tersendiri ya. Nah, gejala autisme ini biasanya ditunjukkan dengan tiga ciri utama yakni :
  • Gangguan interaksi sosial
  • Gangguan komunikasi
  • Pola tingkah laku atau minat yang repetitive dan stereotip.
Umumnya, gejala autisme ini sudah muncul ketika anak belum menginjak usia tiga tahun. Meski bisa diketahui sejak dini, tapi penyebab dan juga pencegahan autis sampai kini masih belum bisa diketahui secara pasti oleh para ahli.


Gangguan lain yang mengiringi anak autis

Anak dengan autisme biasanya juga diiringi dengan gangguan lain seperti yang paling umum adalah gangguan pencernaan. Dr. Diyah Eka Andayani, M. Gizi. SpGK pada Majalah Aulia mengungkapkan bahwa para penyandang autis ini seringkali juga mengalami gangguan produksi enzim yang berguna untuk menguraikan ikatan pada proses pencernaan protein.

Efek dari gangguan pada produksi enzim ini adalah adanya reaksi alergi apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tertentu. Nah, protein yang paling umum menjadi penyebab alergi ini adalah protein gandum / gluren, protein susu / kasein, bahan tambahan pangan / food additives, ragi dan juga gula.

Makanan jenis ini bila dikonsumsi oleh anak dengan autisme akan jadi sulit dicerna. Selain itu, makanan dengan kandungan kasein dan gluten dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang menyebabkan perilaku anak penyandang autisme ini justru cenderung hiperaktif.

Meski demikian, ditegaskan juga bahwa kondisi ini tidak berlaku untuk semua penyandang autisme. Karenanya, sebagai orang tua yang memiliki anak dengan autisme, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi dan dokter anak agar dapat menentukan diet yang tepat bagi anak.

Gangguan pencernaan ini biasanya juga dapat berupa diare, sembelit, sakit perut atau perut kembung. Kondisi gangguan saluran pencernaan pada anak autisme biasanya disebabkan oleh pertumbuhan mikroba pathogen yang bersifat buruk dan menimbulkan penyakit di dalam saluran pencernaan. Karenanya, makanan pun jadi sulit diserap lantaran makanan tidak dapat melewati dinding usus.

Untuk menghindari pertumbuhan dari mikroba pathogen di dalam saluran pencernaan ini bisa dilakukan dengan menghindari gula dan ragi. Dengan demikian, aneka gangguan pencernaan bisa dihindari. Makanan hasil fermentasi yang mengandung ragi juga sebaiknya dihindari seperti roti, keju dan kecap.

Hal yang lebih perlu diwaspadai adalah ketika anak sudah mulai masuk sekolah. Ia mungkin akan mengkonsums makanna dari berbagai sumber lain di luar rumah. 


Karenanya, orang tua perlu sangat memperhatikan. Ada baiknya kalau orang tua bisa membuat catatan mengenai makanan dan efeknya pada diri anak sehingga bisa melindungi anak dari risiko alergi.

Share

LATEST ARTICLES